RESUME
FENOMENA
BERJUALAN DENGAN ANAK-ANAK
Drs.
Jajang Suryana, M.Si.
19591025986031002
Pendidikan
Seni Rupa
Oleh
Ni Ketut Yantiningsih
1111031190
KELAS
E
SEMESTER
VI
JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
2014
FENOMENA BERJUALAN DENGAN ANAK-ANAK
By
Drs. Jajang Suryana, M.Si.
19591025986031002
Diresume
Oleh
Ni Ketut Yantiningsih
1111031190
E/VI
Kegiatan membaca tampaknya memang mulai menjadi kebijakan para pengusaha.
Penyebabnya banyak perusahaan-perusahaan makanan dan minuman yang mulai
merambah di dunia majalah, terutama majalah anak-anak. Banyak Anak-anak yang
menyukai majalah seperti komik. Melalui komik mereka dapat membuka wawasan,
menawarkan pesan, mengaduk imajinasi anak, dan menjajakan produk. Produk yang
dijual pun sangat banyak peminatnya. Jadi, tidak heran lagi jika banyak produk
yang menawarkan berbagai cara untuk menjual produknya tersebut. Pada saat tahun
70-an banyak anak-anak Indonesia mengenal empat kelompok tokoh jagoan dalam
komik.
Kelompok pertama yaitu jagoan pewayangan di antaranya oleh dua pekomik
wayang seperti R.A. Kosasih dan S. Ardisoma. Komik jenis ini, selain disukai
oleh anak-anak juga diminati oleh pembaca dewasa. Kelompok kedua seperti jagoan
dunia jawara, dunia persilatan. Misalnya, tokoh Si Buta Dari Gua Hantu dan
Panji Tengkorak yang berlatar cerita kehidupan di sebuah desa. Kelompok ketiga,
jagoan dari dunia “primitive”
pengaruh cerita Tarzan. Seperti tokoh Waro. Kelompok keempat jagoan-jagoan yang
bersentuhan dengan teknologi modern, alam angkasa, dan kesaktian yang
menyertakan kemampuan mengubah wujud.
Di Indonesia sering muncul tokoh-tokoh seperti Santini dan sampai jagoan
kecil seperti Kalong. Dengan hal seperti inilah anak-anak sering bersikap dan
bertingkah laku seperti super hero yang selanjutnya komik-komik yang
diterbitkan bersamaan dengan jenis-jenis film kartun, yang menggambarkan
keindahan alam, kemanisan persahabatan antarbinatang yang menjadi ciri khas
garapan kelompok Walt Disney, yang
pernah mendominasi sebagai dunia kartun di Indonesia, kini sudah agak jarang
ditampilkan di televisi kita.
Adapun beberapa komik-komik yang beredar di Book Store, yang kini
lebih banyak berisi tentang cerita jagoan yang lebih keras, kadang juga lebih
kejam dibanding film yang dilakonkan oleh manusia. Dapat kita perhatikan
ketika anak-anak sedang menonton film kartun seperti kartun para jagoan masa
kini, terkadang mereka sering berteriak tanpa beban. Mereka mengangap bahwa
film tersebut sangat menarik. Sebenarnya itu hanya mainan dari komputer saja,
padahal di dunia nyata tidak ada yang memiiki kekuatan super hero tersebut.
Banyak produk yang menawarkan hadiah kepada anak-anak, seperti saja pada
saat anak membeli permen yang menghadiahkan komik mini sebagai bonus pada
setiap kemasan permen yang dijualnya seperti cerita Scooby Doo yang dipilihnya sebagai hadiah. Penerbit Mizan dengan
Divisi Komik Mizan menerbitkan komik mini sejenis yang disebarluaskan sebagai
hadiah permen oleh perusahaan permen yang sama. Ceritanya digarap oleh pekomik
lokal, yaitu mengambil pokok cerita 1001 Malam, seperti Aladdin, Abu Nawas, Ali
Baba, dan Sinbad si Pelaut, dengan pola cerita dagelan ala anak muda masa kini.
Sehingga anak berminat untuk membeli produk permen tersebut.
Dalam kenyataannya, banyak komik cenderung dianggap sebagai sumbangan
positif dan negatif. Sumbangan yang positif yang dimaksud yaitu mendorong anak
supaya senang membaca. Bahan bacaan, seperti telah disebutkan, lumayan banyak
yang bernilai pengetahuan umum praktis. Sedangkan sumbangan negatif seperti yang
dapat berpengaruh kepada anak, keinginan membeli setiap dagangan yang
ditawarkan. Mungkin karena ingin menjadi “jagoan”. Mungkin juga karena ada
embel-embel hadiah yang beraneka macam.
Lingkungan anak-anak kini telah banyak berubah. Dunia bermain mereka
adalah dunia cerita para jagoan. Merebaknya acara yang ada di televisi di desa-desa,
sejalan dengan meningkatnya tanda kemakmuran dan kemampuan daya beli masyarakat
Indonesia pada umumnya, telah mengubah begitu banyak lingkungan anak kita. Dulu,
ketika televisi dan radio masih berupa barang mewah dan langka, anak-anak masih
dapat menikmati perubahan alam. Rembulan yang purnama masih bisa
dinikmati, bahkan ditunggu-tunggu, untuk melengkapi kebahagiaan bermain di
lingkungan rumah. Keakraban anak dengan alam tinggal dongeng dalam buku-buku.
Itu pun telah disusupi aneka pesan sponsor lewat para jagoan ciptaan baru yang
menjadikan anak menjadi jago belanja ataupun jago untuk tawuran.
Demikianlah resuma yang dapat saya sajikan, semoga dapat bermanfaat bagi
pembaca. Apabila
terdapat kesalahan dan kekurangan dalam resuma yang saya susun ini, saya
mohon maaf dan akhir kata saya ucapkan terima kasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar